Senin, 03 Maret 2014

10 RISALAH PEMUDA ISLAM




10 RISALAH PEMUDA ISLAM




Tak dapat disangkal lagi bahwa eksistensi pemuda Islam dalam kehidupan amat penting, karena merekalah yang memiliki potensi untuk mewarnai perjalanan sejarah umat manusia pada umumnya. Semua ideologi yang berorientasi pada strategi revolusi, menggangap pemuda sebagai tenaga paling revolusioner karena secara psikologis manusia mencapai puncak hamasah (gelora semangat) dan quwwatul jasad (kekuatan fisik) pada usia muda. Hal tersebut menumbuhkan semangat pergerakan, perubahan, bukan stagnasi ataupun status quo. Dalam setiap kurun waktu, kemarin, kini dan esok, pemuda senantiasa berdiri digaris terdepan. Baik sebagai pembela kebenaran yang gigih ataupun sebagai pembela kebatilan canggih.
Di dalam Al-Qur’an peran pemuda diungkapkan dalam kisah Ashabul Kahfi (18:19-22), kisahpemuda Ibrahim (21:60,69 dan 2:258) dan pemuda dibunuh oleh Ashabul uhdud (liht tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Buruuj) dan Assabiqunal Awwalun pada umumnya berusia muda.
Pentingnya memanfaatkan masa muda digambarkan dengan hadist Rasulullah SAW sebagaiberikut : “Manffatkanlah yang lima sebelum datang yang lima: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmul, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa hidupmu sebelum datang masa matimu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.” (HR. Al-Baihaqi)
Bagaimana potensi pemuda itu bisa dikembangkan dalam bingkai Islam? Setidaknya mereka dituntut melaksanakan sepuluh risalahnya:

1.      Memahami Islam
Mustahil pemuda dapat memuliakan Islam kalau mereka sendiri tidak memeahami Islam (35:28, 58:11).
“Siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat kebaikan maka dipandaikan dalam agama.” (HR. Bukhari-Muslim)
“Dunia ini terkutuk dan segala isinya terkutuk dzikrullah dan yang serupa itu dan orang alim dan penuntut ilmu.” (HR. At-Tirmizi)

2.      Mengimani segenap ajaran Islam
Iman kepada Allah dan Rasul-Nya pada hakikatnya merupakan sebuah sikap mental patuh dan tunduk (23:51). Tunduk patuh berdasarkan cinta kepada-Nya (2:165) dan ittiba’ (mengikuti) Rasul-Nya (3:31, 53-3-4).

3.      Mengamalkan dan mendakwahkan Islam
Ciri orang yang tidak mengalami kerugian (khusrin) dalam hidup adalah senantiasa mengamalkan dan mendakwahkan Islam (103:1-3, 41:33, 3:110, 9:71, 5:78-79).
“Barangsiapa menyeru kepada kebaikan maka ia akan memperoleh pahala sepadan dengan orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)

4.      Berihad di jalan Islam
Jihad adalah suatu hal yang diwajibkan Allah kepada kaum muslimin. Said Hawa membagi jihat menjadi lima macam:
·         Jihad lisaani, menyampaikan dakwah Islam kepada orang-orang kafir, munafik dan fasiq yang disertai dengan hujjah (argumentasi) yang dicontohkan oleh Nabi SAW (5:62).
·         Jihad maali atau jihad dengan harta (49:1; 9:111). Jihat dengan harta merupakan bagian vital bagi jihat yang lainnya, karana dakwah memerlukan sarana dan prasarana.
·         Jihat bilyad wan nafs atau jihat denngan tangan/ kekuasaan dan jiwa 922:39, 2:190, 8:39, 9:36). Termasuk dalam jihat ini adalah menentang orang kafir, usaha mempertahankan diri terhadap serangan mereka, berusaha mengusir mereka dari bumi Islam, memerangi kaum murtad dalam negeri Islam, melawan pemberontak atau pembangkang atas negera Islam.
·         Jihat slyaasi atau jihat politik.
·         Jihat tarbawi/ta’limi, yakni bersugguh-sungguh mengajarkan, menyampaikan ilmu dan mendidik orang-orang yang ingin memeahami Islam 93:79).

5.      Sabar dan istiqomah di atas jalan Islam (21:83-85, 38:41-44, 37:100-107, 21:68-69, 71:5-9).
Keimanan harus dijalankan dengan kesabaran dengan Istiqomah. “Keyakinan dalam iman haruslah secara bulat dan kesabaran itu setengah dari iman.” (HR. Abu Nu’aim).

6.      Mempersaudarakan manusia dengan ikatan Islam
Pemuda seharusnya berperan dalam menjalin ukhuwah Islamiyah sesama muslim (8:63, 59:9). “Setiap mukmin yang satu bagian mukmin lainnya bagian suatu bangunan, antara satu dengan yanng lain saling mengokohkan.” (HR-Hadists).

7.      Mengerakkan dan mengerahkan potensi umat Islam
Potensi umat Islam perlu diarahkan ke dalam amal jama’i secara efektif dan efisien (3:146).

8.      Optimis terhadap masa depan Islam
Pemuda Islam tidak boleh memiliki jiwa pesimis. Sebaliknya harus optimis akan hasil perjuangan dan pertolongan serta balasan dari Allah SWT. Hanya orang kafirlah yang memiliki sifat pesimis (11:87, 15:56).

9.      Introspeksi diri (muhasabah) terhadap aktifitas yang telah dilakukan
Introspeksi dan evaluasi dimaksudkan agar pemuda tidak mengulang kesalahan yang sama dihari mendatang, tidak terjebak dengan permasalahan yang sama dan mampu memperbaiki diri kearah yang lebih baik (13:11)
“Seorang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersikap dengan amal sebagai bekal untuk mati.” (HR. At-Tirmizi).

10.  Ikhlas dalam segenap pengabdian di jalan Islam
Memurnikan niat karena Allah dalam ibada dan jihat merupakan masalah fundamental agar amal itu diterima sekaligus sukses.
“Sesungguhnya Allah menolong umat ini hanya karena orang-orang yang lemah diantara mereka yaitu dengan dakwah, shalat dan ikhlas mereka.” (HR. An-Nasai dari Sa’ad bin Abi Waqash)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar