Jumat, 28 Februari 2014

AL IKHA'



AL IKHA’ (PERSAUDARAAN)




Di antara nilai sosial kemanusiaan yang ditekankan oleh Islam adalah persaudaraan (Ukhuwah). Bahwa hendaknya manusia hidup di masyarakat itu saling mencintai dan saling menolong dan diikat oleh perasaan layaknya anak-anak dalam satu keluarga. Mereka saling mencinati, saling memperkuat, sehingga benar-benar terasa bahwa kekuatan saudara adalah kekuatannya, dan kelemahan saudaranya dalah kelemahannya. Dan sesungguhnya ia akan merasa kecil (tidak berarti) jika sendiri dan akan banyak (bernilai) manakalah bersama saudara-saudaranya.
Karena urgennya permasalahan ini dalam pembinanaan masyarakat Islam maka kami akan menjelaskan hal tersebut secara rinci. Seperti kitab, “Al Islam Wal Audha’ Al Iqtishadiyah” “Al Islam Wal Manahijil Isytirakiyah” dan “Al Islam Al Muftara ‘alaihi” semua karya Syaikh Muhammad Al Ghazali dan lain-lain.
Al Qur’an telah menjadikan bahwa hidup bersaudar itu suatu kenikmatan yang terbesar. Allah SWT berfirman: “Dan ingatlah akan kenikmatan Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah m,empersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (Ali Imran: 103)
Al Qur’an juga menjadikan persaudaraan  dalam bermasyarakat diantara orang-orang mukmin sebagai kosenkuensi yang tidak dapat terpisah satu sama lain di antara keduanya. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara...” (Al Hujurat: 10)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“.... Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan hanya mempersatukan hati merka (oarang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al anfal: 62-63)
Rasulullah SAW besabda: “Seorang Muslim adalah saudara bagi muslim lainya, ia tidak menganiayanya, dan tidak menyerahkannya (kepada musuh).... janganlah saling menghasud,  janganlah saling bermusuhan, janganlah saling bertengkar...., dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.”
Telah kami jelaskan sebelumnya  tentang sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Iman Ahmad dari haditsnya Zaid bin Arqam, bahwa Rasulullah SAW berdo’a pada setiap selesai shalat sebagai berikut:
“Ya Allah ya Tuhan kami, dan Tuhan segala sesuatu serta pemiliknya, saya bersaksi bahwa Engkaulah Allah yang Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Ya Allah Tuhan kami dan tuhan segala sesuatu serta pemiliknya, sesungguhnya aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Mu dan utusan-Mu. Ya Allah ya Tuhan kami, tuhan segala sesuatu dan pemiliknya kami bersaksi bahwa sesungguhnya seluruh hamba(Mu) adalah bersaudara.”
Dalam do’a tersebut, pengakuan prinsip ukhuwah (bersaudara) diletakkan setelah bersayahadah kepada Allah dengan menegaskan Dia dan bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah sebagai hamba dan rasul-Nya. Dalam ungkapan “Seluruh hamba (Mu) adalah saudar” ada dua makna yang keduannya sama-sama benar, yaitu:
Pertama, sesungguhnya para hamba dimaksud di sini adalah seluruh manusia, mereka adalah bersaudara antara yang satau dengan yang lainnya, dengan alasan bahwa mereka semua putera Adam dan hamba Allah. Ini adalah ukhuwwah Insaniyah ‘Ammah (persaudaraan antara manusia secara umum)
Allah SWT telah menyiasati sejumlah Rasul dalam Al Qur’an bahwa mereka itu adalah bersaudara bagi kaumnya, meskipun mereka kufur terhadap risalahnya. Karena adanya sisi persamaaan dengan mereka di dalam jenis dan asal mula,sebagimana firman Allah SWT:
“Dan kami telah mengutus kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud.” (Al A’raf: 65)
“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, shalih.” (Al A’raf: 73)
“Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib.” (Al A’raf: 85)
Kedua, bahwa sesungguhnya yang dimaksud hamba disini adalah khusus kaum Muslimin, karena kesamaan mereka dalam satu millah (agama). Mereka bersatu dalam satu aqidah yaitu mentauhidkan Allah, dan kiblat yang satu yaitu Ka’bah di Baitul Haram. Mereka mereka diikat oleh kitab yang satu yaitu Al Qur’an dan Rasul yang satu yaitu Muhammad SAW oleh Manhaj yaitu Syari’at Islam.
Inilah yang disebut Ukhuwwah Diniyah (Islamiyah) yang khusus yang tidak bertentangan dengan yang pertama. Karena tidak saling menafikan antara yang khusus dan yang umum. Hanya saja Ukhuwwah diniyah ini memiliki hak-hak yang lebih banyak, sesuai dengan ikatan aqidah dan syari’ah serta pemikiran dan tingkah laku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar